Sabtu, 07 Juni 2014

Mengenal Prajurit Keraton Yogyakarta


Mengenal Prajurit Keraton Yogyakarta

Prajurit Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat dibentuk pada masa 
pemerintahan Hamengkubuwono I sekitar abad 17. Tepatnya pada tahun 1755 Masehi.
 Prajurit yang terdiri atas pasukan-pasukan infanteri dan kavaleri tersebut 
sudah mempergunakan senjata-senjata api yang berupa bedil dan meriam. 
Selama kurang lebih setengah abad pasukan Ngayogyakarta terkenal cukup kuat, 
ini terbukti ketika Hamengkubuwono II mengadakan 
perlawanan bersenjata menghadapi serbuan dari pasukan
 Inggris dibawah pimpinan Jenderal Gillespie
 pada bulan Juni 1812. 
Di dalam Babad menceritakan bahwa perlawanan dari 
pihak Hamengkubuwono II hebat sekali. 
Namun semenjak masa 
Pemerintahan Hamengkubuwono III kompeni Inggris 
membubarkan angkatan perang Kasultanan Yogykarta. 
Dalam perjanjian 2 Oktober 1813 yang 
ditandatangani oleh Sultan Hamengkubuwono III dan Raffles, 
dituliskan bahwa Kesultanan Yogyakarta tidak dibenarkan 
memiliki angkatan bersenjata yang kuat. 
Dibawah pengawasan Pemerintahan Kompeni Inggris, 
keraton hanya boleh memiliki kesatuan-kesatuan bersenjata 
yang lemah dengan pembatasan jumlah personil. 
Sehingga tidak memungkinkan lagi untuk 
melakukan gerakan militer. 
Maka sejak itu fungsi kesatuan-kesatuan 
bersenjata sebatas 
sebagai pengawal sultan dan penjaga keraton.

Ketika Pemerintahan Kolonial Belanda kembali berkuasa 

pasukan-pasukan bersenjata yang sudah lemah tersebut 
makin dikurangi sehingga tidak mempunyai arti secara militer. 
Menurut catatan yang ada, semasa pemerintahan Hamengkubuwono VII 
sampai dengan masa pemerintahan Hamengkubuwono VIII 
yaitu antara tahun 1877 sampai dengan 1939 ada 13 kesatuan 
prajurit kraton yang meliputi: 
Kesatuan Sumoatmojo, Ketanggung, Patangpuluh, Wirobrojo, 
Jogokaryo, Nyutro, Dhaeng, Jager, Prawirotomo, Mantrijero, 
Langenastro, Surokarso dan Bugis.



Kesatuan SUMOATMOJO
Merupakan pasukan pengawal pribadi sultan 
yang langsung berada dibawah komando sultan. 
Pasukan ini terdiri dari 2 orang perwira berpangkat panji, 
2 orang bintara berpangkat sersan dan 16 orang prajurit. 
berseragam baju zirah dengan perisai lempengan
 baja berbentuk bulan sabit berukuran besar, 
berikat pinggang besar dan kuat terbuat dari 
kulit kerbau, memakai tutup kepala yang disebut 
udheng gilig dan tidak memakai alas kaki. 
Senjata yang digunakan adalah pedang 
lengkung terhunus dengan perisai bulat. 
Prajurit Sumoatmojo tidak 
mempunyai duaja atau bendera, 
seluruh tubuhnya dan wajahnya dibedaki
dengan boreh berwarna kuning. Jika melaksanakan tugas
mengawal sultan, di sepanjang jalan memperagakan
 tarian perang atau tayungan.
Kesatuan KETANGGUNG
Terdiri atas 4 perwira berpangkat panji, 8 bintara berpangkat sersan, 
72 prajurit dan 1 prajurit pembawa duaja. 
Berseragam jas terbuka, baju dalam putih, 
mengenakan ikat kepala hitam, topi segi tiga, 
bersepatu lars panjang. Senjata yang digunakan 
adalah bedil dengan bayonet terhunus dan keris dipinggang.
Nama bendera: COKRO SEWANDONO, 
Dasar hitam, tengah bergambar bintang warna putih.
Nama musik: Mares BERGOLO MILIR untuk 
berjalan pelan dan digayakan, Mares 
LINTRIK EMAS untuk berjalan cepat





Kesatuan PATANGPULUH
Terdiri 4 perwira berpangkat panji, 8 bintara berpangkat sersan, 
72 prajurit dan 1 orang pembawa bendera. 
Pakaian yang digunakan: topi pacul gowang, 
destar wulung, sikepan lurik kemiri, rompi merah, 
Lonthong merah, kamus hitam. 
Celana atas merah bawah putih, bengkap 
hitam kaos kaki hitam.. Sepatu fantopel hitam. 
Senjata digunakan adalah bedil dan memakai keris branggah.
Nama bendera: COKROGORO, Dasar hitam, 
tengah bergambar bintang warna merah. 
Nama musik: Mares GENDERO, untuk berjalan 
pelan dan digayakan, Mares BULU-BULU, untuk berjalan cepat.






Kesatuan WIROBROJO
Terdiri 4 perwira berpangkat panji, 8 bintara berpangkat 
sersan, 72 prajurit dan 2 orang pembawa duaja.
 Komandan pasukan ini berpangkat bupati. 
Pakaian yang dikenakan: . Topi Centhung 
(berbentuk seperti kepompong), warna merah. 
Destar (ikat kepala) berwarna wulung (ungu). 
Baju dalam lengan panjang berwarna putih, 
Beskap baju luar, berwarna merah, Lonthong (
ikat pinggang dalam) : kain bermotif cinde dominasi warna merah, 
kamus (ikat pinggang luar) berwarna hitam, Sayak 
(kain penutup dari pinggang sampai di atas lutut) 
berwarna putih, celana Panji (celana yang 
mempunyai panjang sebatas lutut) berwarna merah. 
Kaos kaki berwarna putih, sepatu fantopel warna hitam, 
Karena Prajurit ini berpakaian serba merah maka
 lebih dikenal dengan nama Prajurit lombok abang. 
Persenjataannya berupa bedil dan memakai keris 
dengan kerangka bermotif branggah.
Nama Bendera: GULO KLOPO. Dasar putih, 
gambar bintang warna merah berada di tengah, 
pada ke empat sudutnya diberi hiasan 'kukon' 
(bentuknya seperti kuku). Nama Musik: 
Mares RETODHEDHALI, untuk berjalan 
pelan dan digayakan, sedangkan Mares 
DHAYUNGAN, untuk berjalan cepat





Kesatuan JOGOKARYO
Terdiri 4 perwira berpangkat panji, 8 bintara 
berpangkat sersan, 72 prajurit dan 1 orang pembewa duaja. 
Topi hitam betuk tempelangan, seperti kapal terbalik. 
Destar wulung, Rompi berwarna crem, 
beskap lurik lupat lapis merah, sayak lurik, l
onthong merah, Kamus hitam. Celana panji lurik, 
kaos kaki panjang, sepatu pantopel hitam.
 Persenjataanya berupa bedil dan memakai 
keris branggah. Nama bendera: PAPASAN. 
dasar hijau ditengah ada gambar plentong
 warna merah. Nama musik: Mares SLANGGUNDER,
 digunakan untuk jalan pelan dengan digayakan, 
sedangkan Mares TAMENGMADURO untuk berjalan cepat.





Kesatuan NYUTRO
Terdiri atas 8 perwira berpangkat panji, 8 bintara 
berpangkat sersan, 46 prajurit dan 2 orang pembawa duaja.
 Seragam yang dipakai berupa baju lengan pendek, celana dan dodot atau kampuh kain dengan motif bango tulak, tutup kepala memakai udheng gilig. 
Persenjataan yang digunakan berupa bedil dan tombak.
 Pada mulanya kesatuan ini tidak memakai alas kaki 
dan mempunyai dua seragam yang berbeda yang satu 
berwarna hitam yang satunya berwarna merah. 
Ada dua macam bendera dalam parajurit Nyutra
 yaitu PODANG NGISEP SARI, dasar kuning,
 di tengah ada gambar plentong berwarna merah
 dan PADMO SRI KRESNO, dasar kuning,
 di tengah bergambar plentong warna merah.
Nama musik: Mares MBAT-EMBAT PENJALIN, 
dengan iringan gamelan untuk memperagakan tarian tayungan,
 Mares, TAMTOMO BALIK, berjalan pelan dengan
 digayakan dan Mares SORENGPRANG untuk berjalan cepat.





Kesatuan DHAENG
Terdir 4 perwira berpangkat panji, 8 bintara berpangkat sersan, 
72 prajurit dan 1 orang pembawa duaja. 
Berseragam topi hitam pakai cundhuk, destar wulung, 
jas putih setrip merah, Lonthong biru, kamus hitam, 
celana panjang setrip abang, kaos kaki hitam,Sepatu fantopel. 
Persenjataannya berupa bedil dan 
memakai keris dengan kerangka bermotif gayaman. 
Nama Bendera BAHMING SARI, Dasar putih,
 gambar plentong warna merah berada di tengah.
 Nama musik Mares KANOKO, untuk berjalan pelan 
dan digayakan. Sedangkan Mares UNDHAL-ANDHIL, untuk berjalan cepat.





Kesatuan JAGER
Kata jager berasal dari bahasa Belanda yang beraarti pemburu. 
Terdiri atas seorang perwira berpangkat panji, dua orang 
bintara berpangkat sersan dan 58 prajurit. Pakaian ini tidak
 mempunyai seragam khusus, yang dipakai dalam tugas 
sehari-hari adalah pakaian adat jawa. Persenjataannya berupa bedil. 
Kesatuan ini tidak mempunyai duaja atau bendera.
Kesatuan PRAWIROTOMO
Terdiri atas 4 perwira berpangkat panji, 4 bintara 
berpangkat sersan, 72 orang prajurit dan seorang 
pembawa duaja. Pakaian yang dikenakan adalah topi 
hitam berbentuk mete, destar wulung, beskap hitam, 
baju dalam merah. Sayak putih, lonthong merah, kamus hitam,
 celana atas merah bawah putih. Bengkap hitam, kaos kaki hitam. 
Sepatu fantopel hitam. Persenjataan yang dipakai berupa bedil 
dan keris branggah. Nama bendera GENIROGO dasar hitam
 di tengah ada gambar plentong warna merah. 
Nama musik Mares BALANG, berjalan pelan dengan digayakan, 
Mares PANDHEBRUG, berjalan dengan cepat.





Kesatuan MANTRIJERO
Terdiri atas 8 perwira berpangkat panji, 8 bintara berpangkat sersan,
 64 prajurit dan seorang membawa duaja. Komandan pasukan
 ini berpangkat bupati. Seragamnya jas buka dengan kain lurik 
bergaris hitam putih, berbaju dalam putih, bercelana putih, 
kaos kaki panjang putih dan bersepatu. Mengenakan ikat kepala
 warna hitam dengan topi semacam songkok warna hitam.
 Persenjataannya berupa bedil. Nama bendera PURNOMOSIDI,
 Dasar hitam, tengah bergambar plentong warna putih. 
Nama musik Mares SLENGGANDIRI, untuk berjalan 
pelan dengan di gayakan dan Mares 
PLANGKENAN (RESTOG), untuk berjalan cepat.





Kesatuan LANGENASTRO
Kesatuan ini bertugas mengawal sultan pada upacara garebeg. 
Prajurit Langenastro merupakan prajurit tambahan yang
 dimasukkan kedalam kesatuan Mantrijeron. Atribut yang dipakai
 sama dengan prajurit Mantrijero, kecuali persenjataannya
 prajurit Langenastro tidak berupa bedil seperti prajurit
 Mantrijero namun sebilah pedang.
Kesatuan SUROKARSO
Terdiri atas seorang perwira berpangkat penewu,
 64 prajurit dan seorang membawa duaja. 
Seragam berupa baju lengan panjang berwarna putih
 dengan celana panjang dan kain bermotif gebyar.
 Memakai ikat kepala teleng kewengen (kain berwarna hitam ditengah 
putih dan ditepinya bergaris-garis putih).
 Persenjataannya berupa tombak. 
Prajurit Surokarso bertugas mengawal putra mahkota, 
dewasa ini bertugas sebagai pengawal kehormatan 
sesajian gunungan pada upacara garebeg. 
Nama bendera PAREANOM, dasar hijau, 
tengah gambar plentong warna kuning. 
Nama musik Mares PLANGKENAN





Kesatuan BUGIS
Disebut prajurit Bugis karena semula seluruh anggota kesatuan 
ini berasal dari suku Bugis. 
Tugas kesatuan ini adalah mengawal seorang patih dan mengawal 
dalam upacara-upacara garebeg dan lainnya. 
Seragamnya berupa jas tutup berwarna hitam, 
celana panjang hitam, serta mengenakan ikat kepala kain hitam dan topi hitam. Persenjataannya berupa tombak. 
Nama bendera WULANDADARI, dasar hitam,
di tengah bergambar plentong warna kuning.
 Nama musik Mares ENDROLOKO.





Sekarang Prajurit Kraton.
Pada tahun 1942 semua kesatuan bersenjata
 keraton Yogyakarta dibubarkan oleh pemerintahan Jepang. 
Tetapi mulai tahun 1970 kegiatan para prajurit keraton 
dihidupkan kembali. Dari ke tiga belas prajurit yang pernah ada
 baru sepuluh kesatuan atau bergada yang direkonstruksi 
dengan beberapa perubahan, baik dari pakaiannya, 
senjatanya maupun jumlah personil. (lihat foto-foto yang ditampilkan).
 Kesepuluh kesatuan prajurit tersebut yaitu: Prajurit Wirobrojo,
 Prajurit Dhaeng, Prajurit Patangpuluh, Prajurit Jogokaryo,
 Prajurit Mantrijero, Prajurit Prawirotomo, Prajurit Ketanggung,
Prajurit Nyutro, Prajurit Surokarso dan Prajurit Bugis.
Dewasa ini, kesepuluh kesatuan prajurit tersebut masih
 dapat dilihat oleh masyarakat umum paling tidak se tahun tiga kali, 
yaitu pada upacara Garebeg Mulud, Garebeg Besar dan Garebeg Syawal, di alun-alun utara Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat.