Kamis, 25 Agustus 2016

KAYU KABOA SANCANG BAGIAN GALIH MATI NGURAK






Kisah Kaboa


Saksi Siliwangi
Termasuk kayu kaboa yang dipercaya mengandung tuah khusus. Tuah “maung Sancang”. Jenis kayu mirip bakau ini, konon hanya tumbuh di hutan Sancang. Itu pun terbatas di sekitar muara Sungai Cipareang.
Menurut Mang Andan — salah seorang narasumber folklor (ceritera rakyat) Kab. Garut untuk Tahun Buku Internasional Unesco, tahun 1972 — kayu kaboa menjadi saksi utama perjanjian antara Kiansantang dengan Prabu Siliwangi. Sambil memegang sepotong kayu kaboa, Prabu Siliwangi menyatakan kepada Kiansantang bahwa dirinya tidak akan dapat mengikuti ajakan Kiansantang karena akan “ngahiang” (lenyap tanpa bekas) bersama anak buahnya yang setia.
“Setelah ngahiang, Prabu Siliwangi kadang-kadang menampakkan diri dalam wujud harimau putih dan menghuni Guha Garogol di tengah hutan Sancang. Para nelayan sering melihat harimau putih itu pada senja hari sedang ngadakom di puncak Karang Gajah. Karang tinggi besar di pantai curam penuh gelombang, sebelah timur muara Sungai Cipangisikan. Para pengikutnya berubah menjadi harimau belang memanjang,” kisah Mang Andan.
Harimau belang memanjang inilah yang disebut “Maung Sancang” dan suka “bersemayam” di kayukaboa. R.H. Mohammad Affandi, dalam bukunya “Bandung Baheula” (1969), bercerita tentang seorang penggemar tongkat. Dari ratusan tongkat miliknya, ada sebuah yang terbuat dari kayu kaboa. Tiap malam Jumat, tongkat itu sering menimbulkan suara gaduh.
Waktu dicoba diintai, di ruang peyimpanan tongkat, tampak sesosok tubuh berbulu sedang duduk-duduk santai. Seekor harimau. Keesokan harinya, pemilik tongkat mendadak sakit keras. Atas anjuran seseorang, ia harus menjual atau memberikan tongkat kayu kaboa itu jika ingin segera sembuh. Tentu saja, anjuran itu dituruti. Selain ingin sembuh, ia juga takut jika di rumahnya ada tongkat “persemayaman” harimau.
====================================================================================================
Adapun kisah lain dituturkan oleh  USEP ROMLI HM Penggerak Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Raksa Sarakan di Pedesaan Kecamatan Cibiuk, Garut.
Idiom kawas badak Cihea sering muncul untuk menggambarkan seseorang berjalan bergegas, terburu-buru, tanpa melihat kiri dan kanan. Cihea adalah sebuah kawasan hutan dan perkebunan di Kecamatan Bojongpicung, Kabupaten Cianjur. Di situ, konon pernah ada sebuah kerajaan kecil bernama Susuru, sezaman dengan Kerajaan Pajajaran yang berpusat di Pakuan (Bogor).
Sisa-sisa gambaran Kerajaan Susuru, walaupun belum terbukti secara arkeologis, masih tampak hingga sekarang di sepanjang aliran irigasi Sukarama yang berhulu di Sungai Cisokan. Sisa-sisa tersebut, antara lain, berupa lapangan yang disebut alun-alun dan tampian (tempat pemandian).
Hutan Cihea sendiri sudah lenyap ditelan perkembangan pembangunan, apalagi badak penghuninya. Masih untung tercatat dalam babasan yang masih agak terpelihara turun-temurun.
Hutan lain yang dihubungkan dengan satwa badak adalah Cipatujah di Kabupaten Tasikmalaya. Sebuah personifikasi berbunyi kawas diseupah badak Cipatujah menggambarkan keadaan benda yang hancur tak bersisa, hanya tinggal seupah (sepah) atau ampas. Seperti badak Cihea, badak Cipatujah pun sudah lenyap tak berbekas.
Badak di bagian selatan Garut mungkin bernasib lebih baik daripada badak Cihea dan badak Cipatujah, paling tidak mengacu pada informasi pengarang Sunda terkenal, Muhammad Ambri, dalam bukunya Numbuk di Sue yang diterbitkan pertama kali oleh Balai Pustaka pada 1939. Di situ Ambri mengisahkan anak-anak sekolah dari Bandung yang berwisata ke Pantai Cilauteureun, Samudra Hindia.
Sejak keberangkatan dari Bandung, selama di perjalanan dari Cisompet ke laut hingga kepulangan kembali, mereka selalu dirundung malang. Salah satu penyebabnya adalah acara perburuan badak yang dihadiri Kangjeng Dalem (bupati) sehingga semua kuda tunggangan di tepi desa dan kecamatan terpakai oleh para camat dan kuwu yang ikut berburu.
Kehebatan profil badak dan kegaduhan para pemburunya diper-oleh tokoh kuring dari Suanta yang menjadi gundal (pembantu) Juragan Camat yang mendampingi Kangjeng Dalem. Numbuk di Sue merupakan karya fiksi, tetapi cukup akurat mengungkapkan keadaan alam tahun 1930-an yang masih serba sederhana dan lingkungan alamnya masih terpelihara. Karena itu, masih banyak rawa di tengah hutan tempat pangguyangan badak. Leuweung Sancang
Kawasan selatan Garut memang memiliki hutan legendaris, yaitu Leuweung Sancang. Banyak kisah mengandung kepercayaan (mitos) yang menganggap Sancang sebagai tempat tilem (menghilang) Prabu Siliwangi. Menurut cerita rakyat yang berhasil dikumpulkan oleh panitia Hari Buku International Indonesia yang diprakarsai Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan PBB (UNESCO) pada 1972, Prabu Siliwangi mubus (kabur menyelinap) ke arah selatan karena dikejar-kejar anaknya, Kiansantang, agar masuk Islam.
Tiba di Hutan Sancang, ia bersama pengikut setianya menghilang. Prabu Siliwangi mindarupa (berubah wujud) menjadi harimau putih, sedangkan pengikutnya menjadi harimau belang manjang yang disebut maung Sancang. Warna garis-garis hitam horizontal yang memanjang dari arah kepala ke bagian ekor membedakan maung Sancang dengan maung Lodaya, penghuni asli Sancang yang bergaris-garis hitam vertikal.
Konon harimau putih jelmaan Prabu Siliwangi bersemayam di sebuah goa besar bernama Guha Garogol dan sesekali merenung menyendiri di puncak Karang Gajah di dekat muara Sungai Cikaingan. Adapun maung Sancang mendiami rumpun-rumpun kayu kaboa, sejenis pohon bakau, yang hanya terdapat di pantai Samudra Hindia kawasan Sancang.

Dengan melibatkan banyak orang di sancang garut kita hadirkan Galih Kaboa Sancang mati ngurak. Tersedia Tongkat jalan, Tasbih, gelang dan mata cincin.







Bandul Taring
Dengan kalung Titanium
Taring Hitam Galih Gandul kelor Jawa
Taring Coklat Tua Galih Mati Ngurak Kaboa Sancang.

Minat langsung saja ke
Whatsapp/line/bbm/call/sms
* 087841491999
* 082310191999

Whatsapp active: 087841491999

Mail: serpihanserbukjiwa@gmail.com


Galih Mati ngurak
Kayu Kaboa sancang di habitatnya
Langsung dari Hutan Sancang garut.

Minat Gelang, Tasbih, mata cincin dan tongkat Jalan. LANGSUNG saja ke
Whatsapp/line/bbm/call/sms
* 087841491999
* 082310191999

Whatsapp active: 087841491999

Mail: serpihanserbukjiwa@gmail.com

Kaboa Sancang
Minat tongkat jalan, gelang atau tasbih
Langsung saja ke
Whatsapp/Line/Bbm/call/sms
* 087841491999
* 082345623499
Pin BB: 5774c0fd
Atau bisa kunjungi stand galeri
di Piramid Square
Jl. Parangtritis km: 5
Yogyakarta.
Buka setiap hari
Dari jam 12-7 malam
Kalau masih bingung alamat
Silahkan buka google map.
Monggo pinarak lurrr.
Whatsapp active: 087841491999
Mail: serpihanserbukjiwa@gmail.com