Lonceng kematian berbunyi.
Datangnya menyesakkan dada.
Fikirmu ini mimpi.
Sedangkan kenyataan
Tak bisa kau pungkiri.
Ketika Malaikat Maut
Berhadapan Dengan Malaikat
Gibril untuk mempertahankanmu.
Aku datang...
Di tepi jalan melihat
Kemana engkau pergi.
Dan kemana lagi setelahnya.
Aku dibelakangmu mengintai.
Mempelajarimu dan siapa-siapa
orang dibelakangmu yang tak
lebih adalah sekumpulan
kecoa busuk.
Hidup dari kotoran busuk
Itulah suara busuk dari
Mulut yang busuk.
Jadi begini yang akan terjadi
Aku menghadangmu
Di sisi jalan yang sepi.
Kemudian aku lempar
Kepalamu dengan batu.
Saat kamu terjatuh.
Kubutakan kedua matamu.
Aku seret tubuhmu
Dibalik semak-semak.
Kemudian aku potong
Kedua tangan dan kakimu.
Setelah itu kutinggalkan
Dirimu dalam keadaan hidup.
Datangnya menyesakkan dada.
Fikirmu ini mimpi.
Sedangkan kenyataan
Tak bisa kau pungkiri.
Ketika Malaikat Maut
Berhadapan Dengan Malaikat
Gibril untuk mempertahankanmu.
Aku datang...
Di tepi jalan melihat
Kemana engkau pergi.
Dan kemana lagi setelahnya.
Aku dibelakangmu mengintai.
Mempelajarimu dan siapa-siapa
orang dibelakangmu yang tak
lebih adalah sekumpulan
kecoa busuk.
Hidup dari kotoran busuk
Itulah suara busuk dari
Mulut yang busuk.
Jadi begini yang akan terjadi
Aku menghadangmu
Di sisi jalan yang sepi.
Kemudian aku lempar
Kepalamu dengan batu.
Saat kamu terjatuh.
Kubutakan kedua matamu.
Aku seret tubuhmu
Dibalik semak-semak.
Kemudian aku potong
Kedua tangan dan kakimu.
Setelah itu kutinggalkan
Dirimu dalam keadaan hidup.