Jumat, 18 Mei 2012

SERPIHAN SERBUK JIWA (Part I)



Aku hanya
Serpihan, Masih banyak
SERPIHAN-SERPIHAN
yang lain,
yang setia menunggu untuk
DINOBATKAN
menjadi,
salah satu
dari begitu banyak
(SERPIHAN SERBUK JIWA)




 PERJALANAN DI BULAN MARET TAHUN 2003

Angin mana
yang telah membawa
Seorang Ratu
datang dan masuk
kedalam gubukku.

Kesederhanaan telah
membuka hatiku.
Kesadaran telah menuntunku
kepada jiwaku.

Aku telah dipersenjatai
dengan peluru-peluru tajam
yang siap menembus
kepala dan jantung kalian.

   INILAH KISAHKU

Semerbak harum bunga melati
ditanah yang penuh
dengan nama-nama kenangan.

Masa lalu jadi sepi
memburu malam
jiwa renta merayap
menggrayangi tiap lembar getaran yang tidur.

Meskipun hati masih meraba
Sosok pribadi dibalik nama
Serpihan Serbuk Jiwa.

Orang baru atau orang lama
akan dapat piala
dari hati yang memilih.

Dengarkanlah,
Sebelum kecapi mulai dimainkan
ada satu lagu penuh jawaban
mengenai petunjuk
tentang tanya
pada bintang-bintang.


 DUNIA CINTA BERKATA LAIN

Kau sayat cinta
dengan ribuan mata pisau.
Telanjangi tangis
dengan satu alasan.
Sendiri berteman mimpi
digaris batas bayang.

Racun yang kuminum
menjalar cepat
kedalam tubuhku.
Dunia cinta berkata lain.

Pedang ditanganku
menusuk jantungku sendiri
tiap tetes darah yang keluar
telah menjadi kutukan.


AKUPUN KEMBALI

Saat malam menjelang
sampai pagi datang
dan akupun masih sibuk bermain
masuk kedalam mimpi.

Saat mereka melepasku
dari ruang Ribuan Mantra itu
Belenggu pada
setiap bagian tubuhku
kini............................
Lepaslah Sudah.

Hingga akhirnya
akupun kembali
dari mesin penghitung waktu
disisi peraduan.

LENGKAPLAH SUDAH

Bila keindahan itu
telah berkaca
maka kecantikan padamu
hanya sebuah ilusi.

Bunga yang mekar ditaman
tak seharum wangi bunga
saat kita
bersama dulu.

Dalam pembaringan
jasadku mencari nyawaku
dengan langkah yang berat
semua beban
diatas pundakku
kini lengkaplah sudah.


SIAPA DIRIKU SEBENARNYA

Diantara empat
buah batu aku berdiri.
Dtengah-tengahnya
mengalun banyak nada
dari mulut yang berbicara.

Mereka bertanya
tentang sebuah kegelisahan
dimana diujungnya adalah
tiang keberadaan.

Sempat terhenti bernafas
duduk bersila
angkat kedua tangan
mulai berdoa.

Bila kebahagiaan itu
bukan milikku
lalu milik siapa...?
Jika fungsi dari diriku
telah diambil.
Maka aku hanya ingin
jawaban tentang
siapa diriku sebenarnya...?