Malam semakin larut.
Hampa hati terbebani
Menahan rasa.
yang bukan rasaku.
Kicau burung diluar sana.
Bebaskan kepakan sayap
kemudian pergi.
Kebebasan memang milikmu.
Takan ada yang mengusikmu.
Menembus awan-awan
diantara cahaya mentari yang tenggelam.
Kuperhatikan indahmu wahai burung
di balik tembok jeruji besi ini.
Air mataku tak bisa kutahan
Andaikan ada waktu sekali saja
dalam hidup aku ingin
bertukar tempat denganmu.
Aku ingin melihat diatas ketinggian.
Bagaimana menjadi dirimu.
Kupalingkan wajahku dari
pandanganku padamu.
Cukup kataku...
aku tak ingin lagi berkhayal menjadi burung.
Aku akan hadapi kenyataan didepanku.
Aku melihat tali yang terikat pada kayu
diatas langit-langit rumah.
Kemudian kudekati
lalu kuikatkan leherku dengan
kencang ditali itu.
Lirihku dalam hati bicara.
Mungkin tubuhku tak dapat bersamamu
wahai engkau sang burung pujaan hati.
Tapi rohku dapat terbang bebas
mengikuti kemana kepakan sayapmu
membawamu pergi.
Hampa hati terbebani
Menahan rasa.
yang bukan rasaku.
Kicau burung diluar sana.
Bebaskan kepakan sayap
kemudian pergi.
Kebebasan memang milikmu.
Takan ada yang mengusikmu.
Menembus awan-awan
diantara cahaya mentari yang tenggelam.
Kuperhatikan indahmu wahai burung
di balik tembok jeruji besi ini.
Air mataku tak bisa kutahan
Andaikan ada waktu sekali saja
dalam hidup aku ingin
bertukar tempat denganmu.
Aku ingin melihat diatas ketinggian.
Bagaimana menjadi dirimu.
Kupalingkan wajahku dari
pandanganku padamu.
Cukup kataku...
aku tak ingin lagi berkhayal menjadi burung.
Aku akan hadapi kenyataan didepanku.
Aku melihat tali yang terikat pada kayu
diatas langit-langit rumah.
Kemudian kudekati
lalu kuikatkan leherku dengan
kencang ditali itu.
Lirihku dalam hati bicara.
Mungkin tubuhku tak dapat bersamamu
wahai engkau sang burung pujaan hati.
Tapi rohku dapat terbang bebas
mengikuti kemana kepakan sayapmu
membawamu pergi.