Minggu, 29 April 2012

Pemulangan Jenazah Syekh Yusuf

                               (Makam syech yusuf di Makassar )

MENYAMPAIKAN syiar Islam, memelihara dan mempertahankan agama Islam di kalangan golongan Muslim merupakan perhatian dan aktivitas Syeikh Yusuf di Afrika Selatan. Sebagai sufi, dia mengajarkan tarekat Qadiniyyah, Shattariyyah, dan Rifaiyyah di kalangan Muslim Afrika Selatan. Dia meninggal dunia tanggal 22 Mei 1699 dan dimakamkan di Faure, Cape Town. Makamnya terkenal sebagai Karamah yang berarti 'keajaiban, mukjizat'. 
     Sultan Gowa meminta kepada VOC supaya jenazah Syeikh Yusuf dibawa ke Tanah Airnya. pemulangan itu tidak mendapat restu dari pemerintah Kompeni. "Masih ada ketakutan dari penjajah akan munculnya semangat perlawanan dari Nusantara jika dipulangkan," Setelah melewati perdebatan secara panjang dengan Belanda akhirnya jazad beliau tiba di Goa 5 April 1705 dan dimakamkan kembali di Lakiung. Seperti makamnya di Faure, makamnya di Makkasar juga banyak diziarahi orang. Fakta bahwa Syeikh Yusuf memiliki dua makam menimbulkan spekulasi. Dalam perjalanan pulang itulah, jenazah Syekh Yusuf sempat disinggahkan di beberapa tempat, seperti Sri Lanka, Banten, Sumenep (Madura), terakhir di Makassar. Daerah-daerah itu dikenal  banyak tinggal murid dan pengikut tarekat Khalwatiyah. "Di setiap daerah yang disinggahi, maka para pengikut dan murid berinisiatif membuat makam sebagai bentuk penghargaan dan penghormatan. Makanya makam Syekh Yusuf itu diyakini di beberapa tempat," Sejarawan De Haan percaya Belanda mengirimkan kerangka Syeikh Yusuf ke Makassar dan karena itu makamnya di Faure telah kosong. Di pihak lain, tulis Prof Azyumardi Azra dalam makalahnya, orang-orang Muslim di Cape percaya hanyalah sisa sebuah jari tunggal dari Syeikh Yusuf yang dibawa kembali. Spekulasi ini mungkin ada benarnya mengingat sebuah legenda di Goa mengenai jenazah Syeikh Yusuf yang dimakamkan kembali. Menurut legenda, pada mulanya hanya sejemput abu yang mungkin sisa-sisa jarinya yang dibawa dari Afrika Selatan. Tapi abu itu bertambah terus sampai mengambil bentuk seluruh badan penuh Syeikh Yusuf tatkala tiba di Goa.
            Dalam sejarahnya, Syekh Yusuf merupakan pendiri ajaran tarekat khalwatiyah. Kemudian, Syekh Yusuf juga berhasil mendapat dua penghargaan sebagai pahlawan nasional dari Indonesia pada 9 November 1996 dan dari pemerintah Afrika Selatan pada 23 September 2005.
        "Afrika Selatan memang sangat berterima kasih pada Syekh Yusuf karena ajaran Islam di sana yang tidak membedakan warna kulit. Dia di sana bahkan digelar As-salam,"
Makam Syekh Yusuf berada dalam sebuah kompleks. Untuk menandai makam tersebut, dibangun sebuah kubah, dikenal dengan Ko'bang, berukuran 11 x 11 meter persegi. Dalam kubah tersebut terdapat 11 makam termasuk Syekh Yusuf. Sedangkan lainnya adalah istri dari Sultan Gowa, I Sitti Daeng Nisanga, yang berada di sisi kiri dan Raja Gowa, Sultan Abdul Jalil, yang berperan besar memulangkan jenazah Syekh Yusuf.
       Sembilan makam lainnya adalah pengikut dan kerabat dari Syekh Yusuf, yang masing-masing bernama Mappadulung Daeng Mattimung, Karaengta Panaikang, Syekh Abd. Basyir, Tuang Loeta, I Lakiung, Tanri Daeng, Tanri Uleng, Tanri Abang dan Daeng Ritasammeng.

Makam tersebut kini menjadi cagar budaya yang harus dipeliharan karena dilindungi Undang-undang.


                                  (Makam Syech yusuf di Afrika)



   (Pintu gerbang untuk memasuki lokasi makam Syech Yusuf di Afrika)


                       (Disinilah Tuanta Salamak disemayamkan)


By: Serpihan Serbuk Jiwa