(Makam syech yusuf di Makassar )
(Makam Syech yusuf di Afrika)
(Pintu gerbang untuk memasuki lokasi makam Syech Yusuf di Afrika)
(Disinilah Tuanta Salamak disemayamkan)
By: Serpihan Serbuk Jiwa
MENYAMPAIKAN syiar Islam,
memelihara dan mempertahankan agama Islam di kalangan golongan Muslim
merupakan perhatian dan aktivitas Syeikh Yusuf di Afrika Selatan.
Sebagai sufi, dia mengajarkan tarekat Qadiniyyah, Shattariyyah, dan
Rifaiyyah di kalangan Muslim Afrika Selatan. Dia meninggal dunia tanggal
22 Mei 1699 dan dimakamkan di Faure, Cape Town. Makamnya terkenal
sebagai Karamah yang berarti 'keajaiban, mukjizat'.
Sultan Gowa meminta
kepada VOC supaya jenazah Syeikh Yusuf dibawa ke Tanah Airnya. pemulangan itu tidak mendapat restu dari pemerintah
Kompeni. "Masih ada
ketakutan dari penjajah akan munculnya semangat perlawanan dari
Nusantara jika dipulangkan," Setelah melewati perdebatan secara panjang dengan Belanda akhirnya jazad beliau tiba
di Goa 5 April 1705 dan dimakamkan kembali di Lakiung. Seperti makamnya
di Faure, makamnya di Makkasar juga banyak diziarahi orang. Fakta bahwa
Syeikh Yusuf memiliki dua makam menimbulkan spekulasi. Dalam perjalanan pulang itulah, jenazah Syekh
Yusuf sempat disinggahkan
di beberapa tempat, seperti Sri Lanka, Banten, Sumenep (Madura),
terakhir di Makassar. Daerah-daerah itu dikenal banyak tinggal murid
dan pengikut tarekat Khalwatiyah. "Di setiap daerah yang
disinggahi, maka para pengikut dan murid berinisiatif membuat makam
sebagai bentuk penghargaan dan penghormatan. Makanya makam Syekh Yusuf
itu diyakini di beberapa tempat," Sejarawan De Haan
percaya Belanda mengirimkan kerangka Syeikh Yusuf ke Makassar dan
karena itu makamnya di Faure telah kosong. Di pihak lain, tulis Prof
Azyumardi Azra dalam makalahnya, orang-orang Muslim di Cape percaya
hanyalah sisa sebuah jari tunggal dari Syeikh Yusuf yang dibawa kembali.
Spekulasi ini mungkin ada benarnya mengingat sebuah legenda di Goa
mengenai jenazah Syeikh Yusuf yang dimakamkan kembali. Menurut legenda,
pada mulanya hanya sejemput abu yang mungkin sisa-sisa jarinya yang
dibawa dari Afrika Selatan. Tapi abu itu bertambah terus sampai
mengambil bentuk seluruh
badan penuh Syeikh Yusuf tatkala tiba di Goa.
Dalam sejarahnya, Syekh Yusuf merupakan pendiri ajaran tarekat
khalwatiyah. Kemudian, Syekh Yusuf juga berhasil mendapat dua
penghargaan sebagai pahlawan nasional dari Indonesia pada 9 November
1996 dan dari pemerintah Afrika Selatan pada 23 September 2005.
"Afrika Selatan memang sangat berterima kasih pada Syekh Yusuf karena
ajaran Islam di sana yang tidak membedakan warna kulit. Dia di sana
bahkan digelar As-salam,"
Makam Syekh Yusuf berada dalam sebuah kompleks. Untuk menandai makam
tersebut, dibangun sebuah kubah, dikenal dengan Ko'bang, berukuran 11 x
11 meter persegi. Dalam kubah tersebut terdapat 11 makam termasuk Syekh
Yusuf. Sedangkan lainnya adalah istri dari Sultan Gowa, I Sitti Daeng
Nisanga, yang berada di sisi kiri dan Raja Gowa, Sultan Abdul Jalil,
yang berperan besar memulangkan jenazah Syekh Yusuf.
Sembilan
makam lainnya adalah pengikut dan kerabat dari Syekh Yusuf, yang
masing-masing bernama Mappadulung Daeng Mattimung, Karaengta Panaikang,
Syekh Abd. Basyir, Tuang Loeta, I Lakiung, Tanri Daeng, Tanri Uleng,
Tanri Abang dan Daeng Ritasammeng.
Makam tersebut kini menjadi
cagar budaya yang harus dipeliharan karena dilindungi Undang-undang.
(Pintu gerbang untuk memasuki lokasi makam Syech Yusuf di Afrika)
(Disinilah Tuanta Salamak disemayamkan)
By: Serpihan Serbuk Jiwa